semoga bisa membantu kalian dalam mempelajari kebudayaan jepang
A. On「恩」
Konsep On
On
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada hutang psikologis dan sosial
yang dikenakan kepada seseorang atas penerimaan-penerimaan atau kebaikan yang
diterima dari orang lain.
On berarti rasa
hutang budi. Dengan prinsip ini, seseorang akan merasa berutang setiap kali
orang lain berbuat baik padanya. "Jika seseorang berbuat baik kepada kita,
maka kita merasa harus membalas kebaikannya tersebut”.On adalah hutang psikologis dan sosial yang dikenakan pada seseorang
atas penerimaan bantuan. Secara moral si penerima On wajib membalas bantuan atau pemberian yang telah ia
terima.Seseorang yang menerima On
akan merasa kedudukannya lebih rendah dari si pemberi (on jin).
Jenis-JenisOn:
子恩 : On yang diterima dari kaisar
親恩 :
On yang diterima dari orangtua
主の恩 : On yang diterimadari majikan
師の恩 : On yang diterima dari guru
BentukOn
:
Searah : tidak mengharapkan
balasan
Dua arah : mengharapkan balasan
Contoh
ungkapan-ungkapanyang digunakan padaOn
a. 有難う(ありがとう) : terima kasih (hal yang
sukar/menyusahkan ini)
b.
済みません(すみません):
maaf permisi, (ini tiada berakhir, terimakasih)
c. 忝い (かたじけない) : saya merasa berterima kasih sekali (saya
merasa malu tidak bisa menyelesaikan
sendiri, malah dibantu)
B. Gimu「義務」
Konsep
Gimu
1.
Menurut
Benedict (1982:125).
Gimu
adalah pembayaran kembali dari kewajiban yang dianggap masih belum cukup, dan
tidak ada batas waktu pembayarannya.
Menurut
Mattulada dalam Nur Aini (2005:28),Gimu
merupakan sekumpulan kewajiban atau tugas yang dipunyai seseorang sejak
kelahirannya sampai kepada kematiannya untuk dilaksanakan tanpa batas dan tanpa
akhir.Gimu merupakan suatu bentuk
kewajiban atau tugas kepada lingkungan keluarga terdekat, kepada penguasa yang
menjadi simbol negerinya yang telah mengikat kesetiaannya semenjak seseorang
itu lahir dalam lingkungan keluarga dan bangsanya. On yang diterima dengan pembayaran kembali
secara gimusama sekali tidak dapat
dihindari oleh setiap orang Jepang. Namun karena tidak ada ketentuan mengenai
bentuk, cara dan waktu pembayarannya, maka seseorang tidak merasa keberatan
untuk menerima On dengan resiko gimu ini. Artinya tidak ada rasa
terpaksa dan keengganan di dalam
melakukan pembayaran terhadap On
yang diterima, karena gimu adalah
suatu kewajiban moral yang tidak terlalu mengikat.
Jenis-Jenis gimu
ada dua yaitu;
1.
CHU
Chu
adalah salah satu jenis kewajiban gimu yang ditujukan kepada kaisar, hukum dan
negara.Kewajiban Gimu Chu adalah
konsep balas budi dari pengikut terhadap tuan, bukan balas budi terhadap orang
tuanya. Dalam zaman edo konsep Chu
adalah balas budi bushi terhadap tuan, balas budi tuan terhadap shogun,
sehingga konsep Chu ini bertumpuh
ditangan shogun (Situmorang 1995:67).
Benedict (1982:133) mengatakan
bahwa konsep Chu adalah
pemimpin sekuler yaitu shogun. Kesetiaan pada shogun sering bertentangan dengan
kesetiaan bushi kepada tuan. Kesetiaan pada shogun dirasakan sesuatu yang
terpaksa sehingga dikatakan terasa dingin, tidak sehangat kesetiaan terhadap
tuan. Oleh karena itu orang Jepang
berpendapat bahwa patuh pada hukum merupakan pembayaran kembali atas utangnya
kepada kaisar.
Chu dianggap sebagai on tertinggi yang harus diutamakan
sebelum on lainnya. Mengapa Kaisar?
Karena Kaisar menempati posisi tertinggi dalam lingkup kehidupan orang
Jepang.Pengabdian kepada Kaisar berarti pengabdian terhadap negara.Nilai
keberanian pada Bushido banyak diterapkan orang Jepang dalam mempertahankan
negerinya, seperti pasukan Kamikaze yang berani mati pada Perang Dunia II.
2. KO
Ko
adalah kewajiban terhadap orang tua dan nenek moyang (yang dimaksud
terhadapketurunannya), Benedict (1982:125).
Kewajiban Gimu Ko adalah pembayaran On
kepada orang tua sendiri, yaitu setiap orang Jepang telah menyadari telah
menerima On dari orang tuanya
masing-masing. On tersebut adalah
segala hal yang telah dilakukan oleh orang tuanya untuk membesarkannya
hingga mampu mandiri. Di Jepang tidak
ada ungkapan yang mengatakan “gimu
bapak terhadap anak-anaknya” dan semua tugas seperti itu dicakup oleh Ko kepada orang tua dan kepada orang
tuanya orang tua (leluhur). Kepala keluarga bertugas mencari nafkah kepada
anak-anaknya, mendidik putra-putranya dan adik-adik lelakinya mengurus
pengolahan tanah keluarga, tempat berlindung kepada sanak keluarga yang
memerlukan.
C.
Giri「義理」
Giri secara
harfiah dapat diartikan sebagai kewajiban moral yang merujuk kepada
kewajiban-kewajiban sosial yang bersifat normatif dan etis yang menghendaki
orang Jepang untuk berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat dalam berhubungan dengan individu lain. Sedangkan menurut Nihon kokugo Daijiten (1993:456) giri disimpulkan sebagai hutang budi,
menjaga nama baik, kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan dalam hubungan
manusia. Artinya, jika seseorang telah menerima sesuatu kebaikan dari orang
lain maka ia harus membalas kebaikan itu. Akan tetapi, jika seseorang tidak
menjalankan giri, maka ia akan
dikenal sebagai orang yang melalaikan giri
dan tidak akan mendapatkan respek dari lingkungannya. Menurut Minamoto
(1996:27) giri adalah perasaan yang
berasal dari perasaaan alami manusia untuk membalas atau mengembalikan budi
baik yang telah diterima dari orang lain, selain orang yang mempunyai hubungan
intim/khusus, seperti hubungan antara orang tua dan anak atau hubungan antara
suami dan istri.
Menurut
Benedict, giri memiliki dua pembagian
yang jelas yaitu:
1. Giri
kepada dunia, yaitu kewajiban membayar kembali on kepada sesamanya.
2. Giri
kepada nama sendiri, yaitu kewajiban untuk tetap menjaga nama serta reputasi.
Giri
kepada dunia:
a. Giri
seseorang terhadap keluarga mertuanya, seperti:
Ayah giri (ayah mertua). Ibu giri (ibu
mertua), pria/wanita giri (saudara ipar), suami/istri giri (suami/istri yang
dipilihkan oleh orangtua)
b. Giri
terhadap paman, bibi, serta keponakan laki-laki dan perempuan.
c.
Giri
seorang pengikut terhadap tuannya dan sesama rekan prajurit (samurai)
d.
Girikepada
orang yang telah berjasa
Giri
kepada nama sendiri:
a. Giri
membalas dendam dan bunuh diri sebagai bagian dari membersihkan reputasinya
atas suatu penghinaan.
b. Giri
seseorang untuk mengakui kegagalan atau ketidak tahuannya ketika melaksanakan
jabatannya.
c. Giri
untuk berlaku tenang, terkendali dan tidak memperlihatkan perasaan yang
merupakan pengendalian diri yang wajib dimiliki orang Jepang.
Pemenuhan
kewajiban giri yang kurang dari nilai
yang telah diterima menyebabkan seseorang dicap sebagai orang yang tidak tahu giri, sedangkan pengembalian yang
melebihi dari apa yang telah diterima maka itu akan membuat orang lain menjadi
terbebani. Jadi giri merupakan
kewajiban untuk mengembalikan semua kebaikan yang pernah diterima seseorang
dari orang lain dengan nilai yang sama.
Bentuk
giri lain yang ada sekarang yaitu
Coklat Giri / Giri Choco 義理チョコ,
coklat giri ini diberikan kepada
sahabat,guru, orang tua dan atasan.
D. On, Gimu dan Giri di
Jepang dewasa ini
Seiring dengan berkembangnya jaman serta globalisasi di seluruh dunia, perubahan dalam lini masyarakat pun tak bisa dihindari.Hampir semua negara mengalami perubahan mendasar pada masyarakatnya masing-masing, entah itu perubahan kepada yang baik maupun yang buruk.Begitu pula dengan negara Jepang.Dalam perkembangan tekhnologi dan ekonominya yang hebat, Jepang saat ini juga mempunyai beberapa masalah yang menimbulkan keresahan bagi pemerintah Jepang.Salah satu masalah yang muncul adalah shinjinrui yang berarti ‘ras yang baru’. Generasi Jepang yang lahir pada tahun 1970-an hingga sekarang. Mereka ini punya sedikit atau tidak sama sekali pengalaman akan trauma pasca perang seperti yang diderita orang tuanya. Justru sebaliknya, mereka ini hanya mengalami keadaan ketika Jepang sudah menjadi negara kaya, sukses dan kehidupan yang mudah. Untuk generasi ini, kerja keras, pengabdian diri kepada perusahaan dan negara, dan pengorbananmasa kiniuntuk masa depanadalah konsep yang asing. Mereka banyak yang sudah berkeliling dunia dan melihat gaya hidup negara lain, terutama Amerika, dan mereka ingin hidup seperti itu. Sehingga pemberontakan terhadap kebiasaan/norma lama makin bermunculan yang akan berpengaruh terhadap masa depan negara Jepang.
Pemberontakan
generasi muda Jepang saat ini adalah contoh dari menurunnya makna on, gimu, dan
giri bagi mereka. Beberapa masalah yang muncul saat ini seperti hikikomori, otaku, bankonka, parasite single, soshoukukei danshi, freeter
dan sebagainya jika ditilik dari beberapa segi maka bisa didapatkan bukti bahwa
itu terjadi karena on, gimu dan giri
sudah tidak dihargai. Kami ambil contoh masalah bankonka (telat nikah) .Di jepang, gimu seorang anak kepada orangtuanya salah satunya adalah mengikuti
keinginan orangtua jika disuruh menikah atau dijodohkan.Hal ini telah mengalami
perubahan dimana para wanita atau pria di jepang enggan menikah, merasa bahwa
menjalin ikatan pernikahan itu hanya menyusahkan dan membebani.
E. On, gimu dan giri di Indonesia.
Praktek
on, gimu dan giri(balas budi) itu
berbeda bentuknya di Indonesia. Sejak kecil kita ditanamkan nilai-nilai luhur
yang harus dilakukan individu agar menjadi orang yang baik, seperti membantu
orang lain tanpa pamrih. Hal ini bertentangan dengan konsep balas budi di Jepang. Kita diajarkan
untuk tidak mengharapkan balasan karena seharusnya tiap manusia itu memang
harus saling membantu (gotong royong).Tetapi hal ini juga tidak selamanya baik,
kami mencoba mengambil contoh orang yang berutang. Sudah jadi berita umum dan
contoh nyata disekitar kita, banyak orang yang berutang jika tidak ditagih,
mereka tidak bakal mengembalikan sesuai janjinya atau karena ia meminjam uang
pada saudaranya, maka merasa bahwa uang itu dianggap sebagai pemberian. Ini
karena tidak adanya rasa on, gimu dan
giri di masyarakat Indonesia.
SKEMA
ON, GIMU, GIRI
義務(GIMU) :1.CHU 2.KO. (Sifatnya:Tidak
terbatas)
義理(GIRI):1.Giri
terhadap Dunia
2.Giri
terhadap nama baik
(Sifatnya
Terbatas)
MAKALAH ON, GIMU, GIRI
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 6
Arini Ambarwati
(105110201111066)
Novi Ratna Ning Tyas (105110201111074)
Mas
Achmada Syarifah Ayu Al-arini (105110201111051)
Radiantiza
Ovia U. (0911120160)
JURUSAN BAHASA dan SASTRA
PROGRAM STUDI SI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
DAFTAR PUSTAKA
Ma. Àngels Trias i Valls
M.A.Thesis submitted in fulfilment of the requirements of the degree of Ph.D.
in Anthropology of the Faculty of Arts, The Queen’s University of
Belfast.November1999.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30992/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.binus.ac.id/content/N0562/N056286493.ppt
eprints.lib.hokudai.ac.jp/dspace/bitstream/2115/.../19(2)_PL99-114.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar